Catatan Perjalanan Lampung 13-15 Mei 2011, Tamat
15 Mei 2011, Minggu.
Waktu menunjukkan pukul 0700 ketika saya terbangun saat itu.
Segera saya bergegas mandi dan membangunkan anak dan istri untuk bersiap siap menyantap sarapan yang telah disediakan oleh pihak hotel.
Tidak ada yang spesial, sarapan standar hotel, mulai dari telor yang bisa diolah sesuai keinginan kita, seperti dadar, mata sapi atau setengah matang. Lalu ada bubur ayam, lengkap dengan pernak perniknya, roti panggang. Lalu makanan "berat", seperti nasi goreng, kwetiau goreng dan beberapa macam sayuran.
Untuk minuman, seperti biasa, mulai dari teh, kopi, jus buah dan air putih. Ada juga buah buahan dan puding untuk pencuci mulut.
Selesai sarapan, kami berbenah barang bawaan, karena siang ini akan "check out".
Tepat pukul 1030, kami keluar dari hotel dan menuju ke Pempek 88 untuk membeli pempek yang akan dibawa ke Jakarta. Jangan kaget kalau sebagian orang membeli oleh oleh pempek sampai lebih dari 1 juta nilainya, ujar pemilik resto pempek 88. Wow.....:)
Lanjut kami kembali ke toko yen yen, rupanya salah satu kawan masih ada yang belum puas dan membeli lagi oleh oleh.
Setelah berkendara sekitar 50 meter dari toko Yen Yen, tak dinyana ternyata ada toko yang menjual souvenir khas Lampung. Kembali kami berhenti dan berbelanja souvenir seperti kaos oblong dengan berbagai macam tulisan dan gambar berbau Lampung. Barang barang kerajinan tangan khas seperti kain khas Lampung, saya lupa disebut apa, ada juga miniatur gajah dan mahkota khas Lampung. Pokoknya toko ini cukup representatif dalam menjual oleh oleh khas Lampung non makanan menurut saya.
Perut mulai menggeliat, ternyata tak terasa sudah tiba saatnya makan siang, kami sepakat untuk memilih rumah makan Begadang 2, yang berlokasi tak jauh dari hotel Grand Anugerah, ikuti jalan Raden Inten, menuju ke arah Teluk Betung, setelah Bundaran Gajah, rumah makan Begadang 2 ada di sebelah kiri jalan.
Ini juga luar biasa, rumah makan yang menyediakan masakan Minang, dengan menu andalannya ayam goreng, tampak sangat ramai dan meriah siang itu.
Tamu tamu yang terlihat sedang makan, tampak beraneka ragam, berbagai macam suku, umur dan gender, semua berbaur di sana. Tujuan mereka cuma satu, makan enak ! :)
Tampak para pramusaji begitu sibuk tapi tetap sigap melayani pelanggan. Piring piring berisi makanan dengan cepat berpindah dari telapak tangan, lengan, bahkan bahu si pramusaji ke atas meja, luar biasa....
Di konter pemesanan untuk dibawa pulang, tampak seorang cici separuh baya dan seorang mas mas, berharap harap cemas menunggu ayam goreng yang tampak mulai menipis persediaannya. Sementara tak jauh dari situ seorang Ibu berjilbab dengan keluarga besarnya sedang sibuk berpeluh ria, menikmati makanan pedas khas Minang, indah sekali !
Setelah memilih meja untuk 10 orang, kami langsung disajikan begitu banyak hidangan khas rumah makan minang. " Pak, ayam gorengnya minta 10 yah " ujar saya kepada bapak pramusaji, " siappp !", jawab beliau :)
Ayam goreng berwarna kuning muda keemasan ini tampak biasa saja, digoreng dengan baluran bumbu tipis, kulitnya tergoreng hingga menjadi tipis dan nyaris hilang.
Tapi jangan anggap remeh penampakan si ayam goreng ini, panas panas dihidangkan, dengan rasa asin dan gurih yang pas langsung dapat kita rasakan, empuk dan nikmat ! Top markotop.
Semua masakan yang dihidangkan dapat 2 jempol dari kami semua, tidak ada yang kecewa, semua makan dengan lahap, total biaya 287 ribu, untuk makan gila gilaan ini, hehehehe
Selesai makan siang, kami menuju ke Menara Siger. Posisinya yang di dekat Bakauheni, membuat kami ingin mampir ke sana.
Di tengah tengah perjalanan, kami menemukan spot bagus untuk foto foto, ada beberapa bukit kapur, dengan latar belakang langit biru dan awan yang sangat indah.
2 jam kurang kami tempuh karena arus lalu lintas yang cukup ramai. Tiba di dekat Bakauheni, ada papan penunjuk, belok kiri ke Menara Siger, namun setelah belok kiri, nyaris tak ada petunjuk apapun, sehingga kami sempat terlewat, dan harus memutar balik.
Masuk ke Menara Siger, kesan pertama : tak terurus.
Ini adalah tempat yang memiliki daya tarik sangat baik seharusnya, dari Menara Siger, kita dapat melihat Selat Sunda, aktifitas pelabuhan Bakauheni dan pemandangan yang luar biasa indah.
Namun, dengan kondisi bangunan yang warnanya sudah pucat, lapangan parkir dengan rumput liar tumbuh dimana mana, kamar kecil yang tidak layak. Sungguh amat disayangkan.
Kami memuaskan diri untuk berfoto foto disini sampai jam 1530, lalu kami masuk ke pelabuhan Bakauheni.
Kapal Ferry yang kami tumpangi kali ini, jauh lebih baik dibanding sewaktu kami berangkat ke Lampung.
Ada kelas 1, ada VIP room, walau ada kekurangan di sana sini, tetap jauh lebih baik.
Memilih menyeberangi Selat Sunda pada petang hari ini, sungguh merupakan pilihan yang tepat. Bagi kami fotografer amatiran, pemandangan matahari terbenam dari atas kapal laut, sungguh mengagumkan !
Kebetulan cuaca sedang cerah cerahnya, luar biasa, fenomena langit dengan aneka warna yang terlalu sayang untuk dilewatkan, bagaikan lukisan Sang Pencipta, membuat hati tenteram, damai dan penuh puji syukur.
Perjalanan kami akhiri dengan kembali melewati jalan tol terburuk di Indonesia, pulang ke rumah masing masing, dengan hati riang, penuh kenangan indah yang tak terlupakan, sambil mulai berpikir, daerah mana lagi yang akan kami kunjungi di Indonesia tercinta ini ?
Sekian
Waktu menunjukkan pukul 0700 ketika saya terbangun saat itu.
Segera saya bergegas mandi dan membangunkan anak dan istri untuk bersiap siap menyantap sarapan yang telah disediakan oleh pihak hotel.
Tidak ada yang spesial, sarapan standar hotel, mulai dari telor yang bisa diolah sesuai keinginan kita, seperti dadar, mata sapi atau setengah matang. Lalu ada bubur ayam, lengkap dengan pernak perniknya, roti panggang. Lalu makanan "berat", seperti nasi goreng, kwetiau goreng dan beberapa macam sayuran.
Untuk minuman, seperti biasa, mulai dari teh, kopi, jus buah dan air putih. Ada juga buah buahan dan puding untuk pencuci mulut.
Selesai sarapan, kami berbenah barang bawaan, karena siang ini akan "check out".
Tepat pukul 1030, kami keluar dari hotel dan menuju ke Pempek 88 untuk membeli pempek yang akan dibawa ke Jakarta. Jangan kaget kalau sebagian orang membeli oleh oleh pempek sampai lebih dari 1 juta nilainya, ujar pemilik resto pempek 88. Wow.....:)
Lanjut kami kembali ke toko yen yen, rupanya salah satu kawan masih ada yang belum puas dan membeli lagi oleh oleh.
Setelah berkendara sekitar 50 meter dari toko Yen Yen, tak dinyana ternyata ada toko yang menjual souvenir khas Lampung. Kembali kami berhenti dan berbelanja souvenir seperti kaos oblong dengan berbagai macam tulisan dan gambar berbau Lampung. Barang barang kerajinan tangan khas seperti kain khas Lampung, saya lupa disebut apa, ada juga miniatur gajah dan mahkota khas Lampung. Pokoknya toko ini cukup representatif dalam menjual oleh oleh khas Lampung non makanan menurut saya.
Perut mulai menggeliat, ternyata tak terasa sudah tiba saatnya makan siang, kami sepakat untuk memilih rumah makan Begadang 2, yang berlokasi tak jauh dari hotel Grand Anugerah, ikuti jalan Raden Inten, menuju ke arah Teluk Betung, setelah Bundaran Gajah, rumah makan Begadang 2 ada di sebelah kiri jalan.
Ini juga luar biasa, rumah makan yang menyediakan masakan Minang, dengan menu andalannya ayam goreng, tampak sangat ramai dan meriah siang itu.
Tamu tamu yang terlihat sedang makan, tampak beraneka ragam, berbagai macam suku, umur dan gender, semua berbaur di sana. Tujuan mereka cuma satu, makan enak ! :)
Tampak para pramusaji begitu sibuk tapi tetap sigap melayani pelanggan. Piring piring berisi makanan dengan cepat berpindah dari telapak tangan, lengan, bahkan bahu si pramusaji ke atas meja, luar biasa....
Di konter pemesanan untuk dibawa pulang, tampak seorang cici separuh baya dan seorang mas mas, berharap harap cemas menunggu ayam goreng yang tampak mulai menipis persediaannya. Sementara tak jauh dari situ seorang Ibu berjilbab dengan keluarga besarnya sedang sibuk berpeluh ria, menikmati makanan pedas khas Minang, indah sekali !
Setelah memilih meja untuk 10 orang, kami langsung disajikan begitu banyak hidangan khas rumah makan minang. " Pak, ayam gorengnya minta 10 yah " ujar saya kepada bapak pramusaji, " siappp !", jawab beliau :)
Ayam goreng berwarna kuning muda keemasan ini tampak biasa saja, digoreng dengan baluran bumbu tipis, kulitnya tergoreng hingga menjadi tipis dan nyaris hilang.
Tapi jangan anggap remeh penampakan si ayam goreng ini, panas panas dihidangkan, dengan rasa asin dan gurih yang pas langsung dapat kita rasakan, empuk dan nikmat ! Top markotop.
Semua masakan yang dihidangkan dapat 2 jempol dari kami semua, tidak ada yang kecewa, semua makan dengan lahap, total biaya 287 ribu, untuk makan gila gilaan ini, hehehehe
Selesai makan siang, kami menuju ke Menara Siger. Posisinya yang di dekat Bakauheni, membuat kami ingin mampir ke sana.
Di tengah tengah perjalanan, kami menemukan spot bagus untuk foto foto, ada beberapa bukit kapur, dengan latar belakang langit biru dan awan yang sangat indah.
2 jam kurang kami tempuh karena arus lalu lintas yang cukup ramai. Tiba di dekat Bakauheni, ada papan penunjuk, belok kiri ke Menara Siger, namun setelah belok kiri, nyaris tak ada petunjuk apapun, sehingga kami sempat terlewat, dan harus memutar balik.
Masuk ke Menara Siger, kesan pertama : tak terurus.
Ini adalah tempat yang memiliki daya tarik sangat baik seharusnya, dari Menara Siger, kita dapat melihat Selat Sunda, aktifitas pelabuhan Bakauheni dan pemandangan yang luar biasa indah.
Namun, dengan kondisi bangunan yang warnanya sudah pucat, lapangan parkir dengan rumput liar tumbuh dimana mana, kamar kecil yang tidak layak. Sungguh amat disayangkan.
Kami memuaskan diri untuk berfoto foto disini sampai jam 1530, lalu kami masuk ke pelabuhan Bakauheni.
Kapal Ferry yang kami tumpangi kali ini, jauh lebih baik dibanding sewaktu kami berangkat ke Lampung.
Ada kelas 1, ada VIP room, walau ada kekurangan di sana sini, tetap jauh lebih baik.
Memilih menyeberangi Selat Sunda pada petang hari ini, sungguh merupakan pilihan yang tepat. Bagi kami fotografer amatiran, pemandangan matahari terbenam dari atas kapal laut, sungguh mengagumkan !
Kebetulan cuaca sedang cerah cerahnya, luar biasa, fenomena langit dengan aneka warna yang terlalu sayang untuk dilewatkan, bagaikan lukisan Sang Pencipta, membuat hati tenteram, damai dan penuh puji syukur.
Perjalanan kami akhiri dengan kembali melewati jalan tol terburuk di Indonesia, pulang ke rumah masing masing, dengan hati riang, penuh kenangan indah yang tak terlupakan, sambil mulai berpikir, daerah mana lagi yang akan kami kunjungi di Indonesia tercinta ini ?
Sekian
Foto-fotonya mangstab sekali brader. Tapi kalo boleh, sertakan juga profil fotonya, pake lensa apa, berapa bukaannya dsb. jadi pengen ngeblog juga nih.
BalasHapuscheers
lensa pakai 17-40 bro, F8, karena foto landscape jadi maunya tajamnya rata di seluruh bidang gambar.
BalasHapus